Teknik Penulisan Daftar Pustaka


Sumber : http://muliadinur.wordpress.com

Secara umum daftar pustaka disusun secara alfabet berdasarkan nama akhir penulis setiap
buku. Data pustaka diketik dari margin kiri; jika lebih dari satu baris, maka baris kedua dan
seterusnya diketik satu spasi dengan jarak 1,2 cm dari margin kiri. Gelar dan titel akademik
tidak harus dicantumkan, baik dalam kepustakaan maupun dalam catatan kaki.
Contoh:
Agustian, Ary Ginanjar, ……………………
Gunawan, Adi W., ………………………….
Al‐Syafi’iy, Muhammad bin Idris, ……………………..
Al‐Zuhayliy, Wahbah, ……………………...
Nama penulis yang lebih dari satu kata
Nama penulis yang lebih dari satu kata, ditulis nama akhirnya diikuti dengan tanda koma,
kemudian nama depan yang diikuti nama tengah dan seterusnya,
Contoh:
Nama: Ary Ginanjar Agustian, ditulis: Agustian, Ary Ginanjar,
Nama: Adi W. Gunawan, ditulis, Gunawan, Adi W.,
Nama penulis yang menggunakan Alif lam ma’rifah (al‐)
Nama penulis yang menggunakan Alif lam ma’rifah (al‐), maka “al” pada nama akhirnya
tidak dihitung, yang dihitung adalah huruf sesudahnya, contoh: nama Muhammad ibn Idris
al‐Syafi’iy diletakkan dalam kelompok huruf S dan ditulis: Al‐Syafi’iy, Muhammad ibn Idris.
Nama penulis yang menggunakan singkatan
Nama penulis yang menggunakan singkatan, ditulis nama akhir yang diikuti tanda koma,
kemudian diikuti dengan nama depan lalu nama berikutnya,
Contoh:
Nama: William D. Ross Jr, ditulis: Ross, W. D. Jr.

UNSUR‐UNSUR YANG HARUS DIMUAT DALAM KEPUSTAKAAN:
a. Nama penulis yang disesuaikan dengan sistem penulisan katalog dalam
perpustakaan, contoh: seperti pada poin 2 di atas.
b. Judul buku (dengan huruf italic) sebagaimana yang tercantum pada sampul buku
atau pada halaman judul buku, kemudian diikuti dengan jilidnya (kalau ada).
c. Data penerbitan, yaitu cetakan atau edisi, tempat penerbit, nama penerbit dan
tahun terbitnya. Jika data penerbitan tidak ada atau salah satu datanya tidak ada,
maka digunakan singkatan berikut:
[t.d.] jika sama sekali tidak ada data yang tercantum;
[t.t.] jika tempat penerbitan tidak ada;
[t.p.] jika nama penerbit tidak ada;
[t.th.] jika tahun penerbitan tidak ada.
UNTUK REFERENSI DARI SURAT KABAR ATAU MAJALAH
Unsur‐unsur yang perlu dicantumkan untuk referensi dari surat kabar atau majalah adalah:
1. Nama Pengarang (jika ada);
2. Untuk artikel yang tidak disertai nama pengarang (anonim) maka dicantumkan Judul
Artikel dalam tanda kutip, yang diikuti dengan keterangan dalam kurung siku ([])
tentang jenis tulisan seperti berita atau tajuk;
3. Nama Surat Kabar/Majalah (dengan huruf italic); dan
4. Data Penerbitan, yakni: nomor, bulan dan tahun, kemudian halaman‐halaman di
mana artikel itu dimuat.
Contohnya:
Suryohadiprojo, Sayidman. “Tantangan Mengatasi Berbagai
Kesenjangan.” Republika, No. 342/II, 21 Desember 1994, h. 6‐8
“PWI Berlakukan Aturan Baru.” [Berita]. Republika, No. 346/II, 28
Desember 1994, h. 16.
Sanusi, Bachrawi. “Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi.” Panji
Masyarakat, No. 808, 1‐10 Nopember 1994, h. 30‐31 dan 45.

ARTIKEL DAN ENSIKLOPEDIA
Unsur referensi esiklopedia yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Penyusun Artikel,
2. Judul Artikel dalam tanda kutip,
3. Nama Editor Ensiklopedia (kalau ada),
4. Judul Ensiklopedia (dengan huruf italic),
5. Jilid,
6. Data Penerbitan, dan
7. Halaman yang memuat artikel itu.
Contohnya:
Edgel, Beatrice. “Conception.” Dalam James Hastings (ed.) Encyclopedia of Religion
and Ethics. Jilid 3. New York: Charles Schribner’s Son, 1979, h. 796‐797.

REFERENSI PERUNDANG‐UNDANGAN
Penerbitan yang dapat dijadikan sebagai referensi kepustakaan adalah naskah resmi yang
diterbitkan oleh lembaga pemerintahan himpunan peraturan perundang‐undangan yang
diterbitkan secara khusus. Dalam hal ini dicantumkan:
1. Nama Lembaga Pemerintahan yang berwenang mengeluarkan peraturan
bersangkutan,
2. Judul undang‐undang atau peraturan dan materinya,
3. Data Penerbitan.
Contohnya:
Republik Indonesia. Undang‐Undang Dasar 1945.
Republik Indonesia. “Undang‐undang RI Nomor I Tahun 1985 tentang Perubahan
atas Undang‐Undang Nomor 15 Tahun 1969.” Dalam Undang‐Undang
Keormasan (Parpol & Golkar) 1985. Jakarta: Dharma Bakti, t.th.
Referensi seperti tersebut dalam contoh kedua di atas tidak dapat dipakai
terutama untuk penulisan tesis/disertasi karena merupakan sumber sekunder.

SUMBER‐SUMBER YANG TIDAK DITERBITKAN
Untuk sumber‐sumber yang tidak diterbitkan, misalnya tesis magister, atau disertasi doktor,
maka unsur‐unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Penyusun,
2. Judul (dalam tanda petik), kemudian
3. Keterangan menganai disertasi, tempat dipertahankannya, dan tahunnya.
Contohnya:
Halim, H. M. Arief. “Konsep Metode Dakwah dalam Al‐Qur’an.” Tesis. Ujung
Pandang: Program Pascasarjana IAIN Alauddin, 1993.
Salim, Abdul Muin. “Konsepsi Kekuasaan Politik dalam Al‐Qur’an.” Disertasi.
Jakarta: Fakultas Pascasarjana IAIN Syarif Hidayatullah, 1989.

PUSTAKA DISUSUN OLEH DUA ATAU TIGA ORANG
Jika pustaka disusun oleh dua atau tiga orang, maka semua nama pengarang disebutkan
secara lengkap, kecuali nama penyusun yang pertama disebut sesuai ketentuan di atas.
Nama penyusun kedua dan ketiga ditulis seperti biasa. Jika penyusun lebih dari tiga orang,
maka hanya nama penyusun pertama saja yang disebutkan sesuai ketentuan di atas, diikuti
oleh istilah et al. (kata et bukan singkatan, jadi tidak pakai titik, sedang al. adalah singkatan
dari alii). Arti istilah et alii adalah “dan kawan‐kawan.”
Contohnya:
Al‐Sayutiy, Jalal al‐Din ibn ‘Abd al‐Rahman ibn Abi Bakr, dan Jalal al‐Din
Muhammad ibn Ahmad al‐Mahalliy. Tafsir al‐Qur’an al‐‘Azim. Juz I.
Beirut: Dar al‐Fikr, 1401 H/1981 M.
Benjamin, Roger W., et al. Patterns of Political Development: Japan, India, Israel.
New York: David McKay, 1972.
Sumber kedua di atas (Benjamin, Roger W., et al.) disusun oleh empat orang.
Tiga penulis lainnya adalah Allan Adrian, Richard N. Blue, Stephen Coleman, yang
telah diwakili oleh kata et al.

UNTUK BUKU TERJEMAHAN
Untuk buku terjemahan, unsur‐unsur yang perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang Buku Asli,
2. Judul Buku Asli (Italic), diikuti kata‐kata: diterjemahkan oleh, yang langsung diikuti
oleh Nama Penerjemah, kemudian diikuti dengan kalimat: dengan judul, yang
langsung diikuti oleh judul terjemahan (italic), dan
3. Data Penerbitan.
Note: Kalau buku terjemahan itu tidak diketahui judul aslinya, maka setelah nama
pengarang, disebutkan judul terjemahannya, diikuti kata‐kata: diterjemahkan oleh, lalu
nama penerjemah, tanpa menyebutkan lagi judul terjemahannya, karena telah disebut
sebelumnya.
Contohnya:
Al‐Zuhayliy, Wahbah. Al‐Qur’an al‐Karim, Bunyatuh al‐Tasyri’iyyah wa Khasa’isuh
al‐Hadariyyah. Diterjemahkan oleh Mohammad Lukman Hakiem dan
Muhammad Fuad Hariri dengan judul Al‐Qur’an: Paradigma Hukum dan
Peradaban. Surabaya: Risalah Gusti, 1996.
Jika tidak diketahui judul aslinya:
Al‐Zuhayliy, Wahbah. Al‐Qur’an al‐Karim, Bunyatuh al‐Tasyri’iyyah wa Khasa’isuh
al‐Hadariyyah. Diterjemahkan oleh Mohammad Lukman Hakiem dan
Muhammad Fuad Hariri. Surabaya: Risalah Gusti, 1996.

SEORANG PENGARANG YANG MEMPUNYAI DUA BUKU ATAU LEBIH
Nama seorang pengarang yang mempunyai dua buku atau lebih yang digunakan dalam
penulisan, disebutkan lengkap hanya sekali. Untuk bukunya yang kedua dan seterusnya,
namanya diganti dengan garis sepanjang tujuh ketukan diikuti oleh titik, diikuti nama
bukunya (italic), jilidnya (kalau ada), kumudian data penerbitannya.
Contohnya:
Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam di Indonesia, 1900‐1942. Cet. II; Jakarta: LP3ES,
1982.
______, Pemikiran Politik di Negeri Barat. Jakarta: Rajawali, 1982.

PUSTAKA YANG MENUMPANG PADA BUKU LAIN
Jika pustaka yang dipakai menumpang pada buku lain (sebagai hamisy), maka unsur yang
perlu dicantumkan adalah:
1. Nama Pengarang Buku yang Menumpang,
2. Lalu Nama Bukunya (italic), diikuti dengan kata “Dalam” lalu nama pengarang buku
yang ditumpangi, kemudian nama bukunya (italic),
3. Jilid (kalau ada), kemudian
4. Data Penerbitannya.
Contohnya:
Al‐Sayutiy, Jalal al‐Din. Lubab al‐Nuqul fi Asbab al‐Nuzul. Dalam al‐Sayutiy, Jalal al‐
Din ibn Abd Rahman ibn Abu Bakr, dan Jalal al‐Din Muhammad ibn
Ahmad al‐Mahalliy. Tafsir al‐Qur’an al‐‘Azim. Juz I. Beirut: Dar al‐Fikr,
1401 H.

Daftar Pustaka untuk Parenthetical Reference
Daftar Pustaka untuk Parenthetical Reference, disebut Reference List. Salah satu
penyusunannya yang mudah adalah sebagai berikut:
1. Nama Pengarang,
2. Tahun Terbit,
3. Judul Buku Referensi (huruf italic),
4. Juz,
5. Tempat Penerbit,
6. Nama Penerbit.
Contoh Pertama:
Al‐Zuhayliy, Wahbah. 1991. Al‐Tafsir al‐Munir fi al‐Aqidat wa al‐Syari’at wa al‐
Manhaj, juz. 11. Beirut: Dar al‐Fikr al‐Mu’asir.
Sanusi, Bachrawi. 1994. “Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi.” Panji Masyarakat,
No. 808, h. 30, 31, dan 45.
Edgel, Beatrice. 1979. “Conception.” Dalam James Hastings (ed.) Encyclopedia of
Religion and Ethics, Jilid 3. New York: Charles Shcribner’s Son, h. 796‐797.
Teknik Penulisan Daftar Pustaka http://muliadinur.wordpress.com | 7
Contoh pertama ini berbeda dari Daftar Pustaka biasa karena tahun
penerbitan diletakkan persis setelah nama pengarang. Ini memudahkan
pengetikannya. Dalam Daftar Pustaka biasa, tahun diletakkannya sesudah nama
penerbit.
Contoh Kedua
Cara lain adalah menulis nama pengarang dalam satu baris sendiri. Tahun penerbitan ditulis
di baris berikutnya, marginnya sejajar dengan awal nama pengarang. Judul karya ditulis lima
belas ketukan dari margin kiri, diikuti oleh data penerbitan. Baris kedua dari judul dan data
penerbitan, marginnya juga lima belas ketukan dari kiri.
Contoh Kedua:
Al‐Zuhayliy, Wahbah.
1991. Tafsir al‐Munir fi al‐Aqidat wa al‐Syari’at wa al‐Manhaj, juz. 11.
Beirut: Dar al‐Fikr al‐Mu’asir.
Sanusi, Bachrawi.
1994. “Ketimpangan Pertumbuhan Ekonomi.” Panji Masyarakat, No. 808, h.
30, 31, dan 45.
Edgel, Beatrice.
1979 “Conception.” Dalam James Hastings (ed.) Encyclopedia of Religion
and Ethics, Jilid 3. New York: Charles Shcribner’s Son, h. 796‐797.
Penggunaan Reference List seperti yang dicontohkan di atas harus konsisten,
apakah mau menggunakan contoh pertama ataukah contoh kedua.

0 Response to Teknik Penulisan Daftar Pustaka

Posting Komentar